Aliansi Pongo, merupakan aliansi para petani minyak kelapa sawit, pelaku usaha dan praktisi konservasi, sedang mengembangkan pedoman untuk praktisi manajemen terbaik (BMP) guna mendukung produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan serta mencakup ruang aman bagi orang-utan liar di luar kawasan hutan lindung.
Dengan adanya visi untuk menciptakan kondisi yang bisa bertahan bagi margasatwa dan manusia menjadi sebuah kenyataan, aliansi ini menggunakan pendekatan berbasis bukti, dan ditemukan bahwa beberapa orang-utan tidak hanya selamat dari hilangnya habitat mereka dalam skala besar pada tahun 1980-an dan 1990-an, namun juga beradaptasi dengan kondisi fragmentasi hutan dan perkebunan kelapa sawit.
Direktur Proyek Kinabatangan Aliansi Pongo, Dr. Felicity Oram, mengatakan langkah-langkah dapat dilakukan untuk mendukung keberlangsungan hidup populasi orang-utan liar yang selamat, di mana hanya 10 persen dari setengah juta hektar lahan yang masih merupakan hutan. “Kita perlu lebih memahami, habitat orang-utan pada kondisi yang telah berubah ini dan mencari cara untuk memfasilitasi kehidupan berdampingan antara manusia dan orang-utan dalam jangka panjang.
“Dalam prakteknya, hal ini berarti membiarkan orang-utan liar pada habitatnya dan mengembangkan cara yang lebih baik untuk mendukung adaptasi yang telah dilakukan margasatwa sejauh ini,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan.
Yayasan Sime Darby (YSD) telah berkomitmen dengan dana sebesar 1.2 juta Ringgit Malaysia, dalam sebuah perjanjian sponsor berjangka dua tahun “Penciptaan Kondisi Kehidupan Berdampingan Manusia dan Orang-utan di Kinbatangan (Creation of a Human and Orangutan Coexistence Landscape in Kinabatangan)”, memungkinkan program untuk mengumpulkan informasi yang terperinci, dan mengembangkan praktik manajemen terbaik.
Sponsor ini sejalan dengan fokus lingkungan YSD untuk melindungi dan melestarikan spesies yang rentan dan terancam punah, serta mendidik dan meningkatkan kesadaran pada kalangan komunitas perkebunan kelapa sawit, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pemerintah, dan komunitas internasional. Direktur Utama YSD, Dr. Hajah Yatela Zainal Abidin, mencatat bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa orang-utan betina hidup dan membesarkan anak-anaknya di fragmen hutan yang dikelilingi oleh kelapa sawit, sedangkan orang-utan jantan melakukan perjalanan jauh melalui perkebunan kelapa sawit dari satu fragmen hutan ke fragmen hutan yang lain.
“Proyek ini bertujuan untuk mengetahui secara rinci kondisi di Kinabatangan, hingga pada tingkat individu orang-utan.
“Kami berharap bahwa upaya ini dapat membantu para petani dan lembaga swadaya masyarakat untuk melihat dan mengelola kondisi hutan kelapa sawit yang akan mendukung kehidupan bersama antara manusia dan orang-utan; dan agar lembaga pemerintah dapat mengembangkan kebijakan baru dalam pengelolaan orang-utan; dan juga bagi komunitas internasional untuk dapat mengerti bahwa hidup berdampingan pada kondisi yang beragam seperti campuran antara perkebunan kelapa sawit dan hutan sangatlah mungkin,” lanjutnya.
Perusahaan mitra yang terlibat dalam perubahan paradigma ini dan yang memiliki kepemilikan dalam area proyek di antaranya adalah Sime Darby Plantation Berhad (SDP), yang menampung Aliansi Pongo; dan mitra yang berada di Sabah, Sawit Kinabalu, di mana lahan seluas 3,757 hektar miliknya telah diperuntukkan guna konservasi lingkungan.
Direktur Utama dari Grup SDP, Mohamad Helmy Othman Basha, menyatakan inisiatif oleh Aliansi Pongo sejalan dengan ambisi SDP untuk mencapai industri minyak kelapa sawit yang bebas penebangan hutan dan perusahaan sangat berharap untuk mengimplementasikan BMP di perkebunannya.
“Kami menyadari perlunya dan pentingnya menjaga habitat alam bagi spesies yang terancam punah dan tidak hanya akan bekerja sama dengan organisasi yang sepaham seperti YSD dan mitra kami di Aliansi Pongo, namun kami juga mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit lain untuk ikut serta mencapai tujuan ini,” lanjut Helmy.
Dia juga mencatat bahwa proyek yang berkolaborasi dengan Aliansi Pongo adalah tindak lanjut yang logis dari kerja sama selama 10 tahun antara YSD dan Departemen Kehutanan Sabah mengenai proyek ‘Reboisasi dan Rehabilitasi Habitat Orang-utan di Ulu Segama Utara (kini lebih dikenal dengan nama Cagar Hutan Bukit Piton)’.
Dia menjelaskan bahwa proyek senilai 25 juta Ringgit Malaysia tersebut, di mana SDP menyediakan bantuan teknis, meningkatkan kondisi habitat orang-utan dengan menanam 1,448,822 pohon di dalam Cagar Hutan yang dahulu sangat terdegradasi dan berkontribusi dalam manfaat ekonomi kepada komunitas setempat di area sekitarnya.