Ada peluang pertumbuhan yang besar bagi minyak kelapa sawit Malaysia di benua Afrika.
Vimal Shah, ketua dan salah satu pendiri perusahaan yang bergerak di bidang produk yang diproduksi secara massal, Bidco Group, yang berbasis di Kenya, mengatakan bahwa benua Aftika secara keseluruhan mengimpor tujuh juta ton minyak kelapa sawit dalam setahun, di mana 37% atau 2,2 juta ton berasal dari Malaysia.
Konsumen di benua tersebut, katanya, mencari harga dan persyaratan perdagangan terbaik ketika membeli minyak kelapa sawit, dan tergantung kepada ekportir yang mengekspor ke wilayah tersebut untuk menentukan dari mana asal minyak kelapa sawit tersebut. “Faktanya, penjual Malaysia bebas berjualan di Afrika, karena pasarnya bebas. Kami baru saja meluncurkan Area Perdagangan Bebas Benua Afrika (African Continental Free Trade Area / ACFTA) pada tanggal 1 Januari, yang menyediakan bagi 35 negara di Afrika, satu wilayah perdagangan bebas di seluruh kawasan, katanya.
Vimal menambahkan tidak adanya persepsi negatif mengenai minyak kelapa sawit di pasar Afrika, dan konsumsi minyak nabati tersebut juga dinilai baik. Dia juga mengatakan impor minyak kelapa sawit ke benua Afrika telah meningkat sebanyak 10% selama pandemi.
Dari sudut pandang jangka panjang, Vimal mengatakan benua tersebut memiliki 600 juta hektar lahan subur yang tidak digunakan, dengan jumlah tenaga kerja yang besar. “Saya pikir minyak kelapa sawit akan dapat diproduksi di Afrika, karena ada lahan luas yang tersedia. Saya berbicara dari sudur pandang jangka panjang, kita akan dapat memberi makan satu dunia, kita dapat melompat ke teknologi,” katanya.
Dia menambahkan bahwa urbanisasi sangat cepat dan sedang bertumbuh di benua tersebut, dan juga perkembangan konsumsi minyak kelapa sawit per kapita dapat mencapai 15 kg.
Secara khusus, penggunaan minyak kelapa sawit dalam sabun merupakan prospek penumbuhan yang nyata di benua tersebut di tengah pandemi Covid-19, katanya.
“Ketika saya melihat prospek minyak kelapa sawit Malaysia di Afrika, sangat luar biasa. Perlu ada upaya yang terkonsentrasi oleh negara-negara, masyarakat, untuk melakukan sesuatu. Indonesia telah banyak melakukan hal ini, karena saya memandang pemrosesan di Afrika akan menjadi hal yang besar,” kata Vimal.
Dia mencatat bea impor CPO akan menjadi 0% dibawah ACFTA, sementara tarif minyak kelapa sawit tersuling akan menjadi 25% hingga 35%, membuat pemrosesan minyak kelapa sawit dan budidaya menjadi lebih menarik di benua tersebut.
Mengenai negara-negara Afrika mana yang harus menjadi fokus ekspor minyak kelapa sawit Malaysia, Vimal menyebut Mozambik, Madagaskar, Afrika Selatan, Angola dan Namibia sebagai potensi target, karena keperluan mereka yang lebih besar atas minyak kelapa sawit.
Kontrak berjangka minyak kelapa sawit dalam Bursa Malaysia menunjukkan kenaikan hari ini, kontrak berjangka untuk pengiriman di bulan Januari 2021 meningkat 63 Ringgit Malaysia menjadi 4.029 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, harga saat ini ada di angka 3.893 Ringgit Malaysia per ton pada tanggal 5 Januari, menurut data yang disediakan oleh Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board / MPOB).